Fakta Tentang Teh untuk Anak: Bolehkah Mereka Minum Teh?

Teh sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang, termasuk di Indonesia. Dari obrolan santai di rumah, jamuan keluarga, sampai momen kumpul bareng teman, teh selalu hadir sebagai minuman andalan. Aromanya yang menenangkan dan rasanya yang ringan bikin teh jadi favorit banyak kalangan. Namun, muncul pertanyaan penting yang kadang bikin orangtua penasaran: “Bolehkah anak-anak minum teh?”

Jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak, karena ada beberapa fakta yang perlu dipahami sebelum membiarkan anak menghabiskan secangkir teh, baik teh manis buatan rumah maupun teh kemasan.

1. Teh Mengandung Kafein, Meski Kadarnya Beragam

Hal pertama yang perlu diketahui adalah, sebagian besar jenis teh — baik itu teh hitam, teh hijau, oolong, maupun teh putih — mengandung kafein. Kafein adalah zat stimulan yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, meningkatkan detak jantung, dan membuat seseorang merasa lebih segar atau sulit tidur.

Pada orang dewasa, secangkir teh tidak menimbulkan masalah. Namun untuk anak-anak, sensitivitas mereka terhadap kafein lebih tinggi. Kafein bisa membuat anak:

  • Susah tidur.
  • Mudah cemas atau gelisah.
  • Lebih sering buang air kecil.
  • Mengalami peningkatan detak jantung sementara.

Bahkan dalam teh yang kadar kafeinnya tidak setinggi kopi, efek ini bisa cukup terasa pada tubuh anak, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

2. Teh Dapat Mengganggu Penyerapan Zat Besi

Fakta lain yang jarang diketahui adalah kandungan senyawa bernama tannin dalam teh. Tannin bisa berikatan dengan zat besi non-heme (zat besi dari sumber nabati) dan menghambat penyerapannya di dalam tubuh.

Ini penting banget untuk diperhatikan, karena zat besi sangat dibutuhkan oleh anak dalam masa pertumbuhan untuk mendukung perkembangan otak, energi, dan sistem kekebalan tubuh. Jika anak terlalu sering minum teh, terutama saat makan atau sesaat setelah makan, ada kemungkinan penyerapan zat besinya terganggu.

Kekurangan zat besi bisa menyebabkan anemia, yang gejalanya antara lain kelelahan, pucat, hingga penurunan konsentrasi belajar.

3. Teh Manis Bisa Menjadi Sumber Gula Tersembunyi

Selain kafein dan tannin, teh yang disajikan manis (baik buatan rumah maupun kemasan) bisa menjadi jebakan lain untuk anak-anak. Teh manis sering mengandung kadar gula yang cukup tinggi.

Gula berlebih pada anak dapat menyebabkan:

  • Risiko obesitas.
  • Masalah gigi berlubang.
  • Risiko diabetes di masa depan.
  • Gangguan metabolisme.

Banyak orang tua berpikir “cuma teh, kok, bukan soda”, padahal jika dilihat kandungan gulanya, minuman teh kemasan kadang bisa setara dengan minuman bersoda.

4. Teh Herbal Bisa Jadi Alternatif, Tapi Tetap Waspada

Beberapa orangtua memilih teh herbal karena menganggapnya lebih aman karena tidak mengandung kafein. Namun, teh herbal juga harus dipilih dengan hati-hati.

Contoh teh herbal yang relatif aman untuk anak jika dikonsumsi dalam jumlah wajar:

  • Chamomile: sering dipakai untuk membantu anak tidur lebih nyenyak.
  • Peppermint: bisa membantu mengatasi perut kembung atau mual.
  • Rooibos: tidak mengandung kafein, kaya antioksidan.

Namun ada juga teh herbal yang tidak cocok untuk anak, karena bisa menimbulkan efek samping seperti gangguan pencernaan, alergi, bahkan reaksi toksik bila dikonsumsi berlebihan, terutama jika teh tersebut mengandung bahan-bahan yang tidak jelas asalnya.

Jadi, sebelum memberikan teh herbal, pastikan untuk membaca labelnya dan, bila perlu, konsultasikan dengan dokter.

5. Anak Lebih Baik Minum Air Putih Sebagai Minuman Utama

Air putih tetap menjadi pilihan terbaik untuk anak-anak dalam memenuhi kebutuhan cairan mereka setiap hari. Selain tidak mengandung kafein, air putih juga tidak membawa risiko tambahan seperti teh manis (gula berlebih) atau gangguan penyerapan zat gizi.

Minuman sehat lain yang bisa menjadi pilihan untuk anak selain air putih antara lain:

  • Susu (sesuai usia dan kebutuhan nutrisi).
  • Infused water (air putih dengan irisan buah tanpa gula).
  • Smoothies buah tanpa tambahan gula.

6. Batas Aman Teh untuk Anak

Meski teh punya beberapa kandungan yang perlu diwaspadai, bukan berarti teh harus 100% dilarang untuk anak. Kuncinya adalah porsi dan frekuensi.

Jika sesekali anak ingin mencicipi teh (misalnya dalam momen keluarga atau saat cuaca dingin), berikut tips aman yang bisa diikuti:

  • Pilih teh rendah kafein atau teh herbal aman.
  • Sajikan dalam porsi kecil (sekitar 100-150 ml).
  • Jangan menambahkan terlalu banyak gula.
  • Hindari memberikan teh sebelum tidur.
  • Jangan memberikan teh bersama atau sesaat setelah makan, agar penyerapan nutrisi tidak terganggu.

Kesimpulan

Teh memang minuman yang punya banyak penggemar, termasuk di kalangan anak-anak. Aromanya yang khas dan rasanya yang ringan kadang membuat teh jadi pilihan minuman keluarga, bahkan sejak usia dini. Tapi, seperti banyak hal lain dalam hidup, tidak semua yang “biasa diminum orang dewasa” cocok untuk anak-anak.

Faktanya, teh mengandung kafein, tannin, dan kadang gula berlebih, yang jika dikonsumsi terlalu sering bisa mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang anak. Meski teh herbal bisa jadi alternatif, tetap butuh kehati-hatian dalam memilih jenisnya.

Jadi, kalau ingin memberi anak teh, sebaiknya dilakukan dalam porsi terbatas dan pastikan tetap memperhatikan kandungan yang ada di dalamnya. Dan yang paling penting, ajarkan anak sejak dini untuk memilih minuman sehat — air putih, susu, atau infused water — sebagai teman harian mereka.

Dengan begitu, anak tetap bisa menikmati momen minum teh bersama keluarga tanpa mengorbankan kesehatan mereka!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *